TATA TERTIB MADRASAH DINIYAH MAFATIHUL HUDA
Wednesday, 20 April 2011
TATA TERTIB MADRASAH DINIYAH MAFATIHUL HUDA
مراتب الأدابيّة المدرسة الدينيّة "مفاتيح الهدى"
1. Pada waktu bel tanda masuk, siswa – siswi sudah siap di kelas.
2. Apabila bapak guru sudah masuk di kelas, maka ketua kelas supaya memberikan penghormatan dengan memberi kode قموا قياما (siswa) atau قمن قياما (siswi), kemudian bapak guru memberi salam, setelah murid – murid menjawab, ketua kelas memberi kode جلوساkemudian berdoa.
3. Sebelum pulang murid – murid harus berdoa terlebih dahulu, ketua kelas supaya memberikan penghormatan dengan memberi kode قموا قياما (siswa ) atau قمن قياما (siswi), kemudian bapak guru memberi salam dan terus pulang bersama-sama.
4. Bel masuk takror yang pertama pukul 20.45 WIS, siswa – siswi segera menyiapkan peralatan atau kitab yang akan dimusyawarahkan . Bel yang kedua pukul 21.00 WIS siswa – siswi harus sudah siap di kelasnya. Bel yang ketiga pukul 22.00 WIS menandakan takror sudah selesai.
5. Siswa – siswi harus berpakaian seragam serta sopan sesuai yang ditentukan sebagai berikut:
a. Hari sabtu, ahad dan senin : memakai baju putih serta memakai badge madrasah, celana hitam dan berkopyah hitam (siswa), memakai baju putih serta badge madrasah, maxi hitam dan jilbab hitam (siswi).
b. Hari selasa : berpakaian seragam bebas
c. Hari rabu dan kamis : Baju biru telur asin serta memakai badge madrasah, celana atau maxi biru, jilbab putih (siswi), kopyah hitam (siswa).
Layaknya madrasah – madrasah non formal lainnya, Madrasah Diniyah juga masih menggunakan ciri khas kemadrasahan yang menggerakkan pembelajaran sistem tingkatan kelas dan tingkat kemampuan. Dan sampai saat ini, sistem tersebut telah banyak menuai hasil dan terasa lebih efektif dalam pelaksanaan pembelajaran keagamaan kepada kaum pemuda islam. Madrasah Diniyah Mafatihul Huda terbagi dalam dua tingkatan, awaliyah dan wustho. Sedangkan tingkatan ula (aliyah), sedikit dibedakan dari keduanya. Untuk madrasah awaliyah terbagi atas 3 kelas yang mana tidak memisahkan antara siswa dan siswi dalam proses pembelajaran. Untuk madrasah wustho terbagi atas 4 kelas untuk putra dan 3 kelas untuk putri dengan proses KBM (kegiatan belajar mengajar) terpisah. Pada akhir masa studi, diadakan ujian akhir untuk kelas 4 putra dan kelas 3 putri yang dilakukan serempak dengan kelas 3 madrasah awaliyah dengan sistem pemisahan putra – putri di ruang kelas berbeda. Selanjutnya, memasuki tutup tahun pelajaran Madrasah Diniyah diadakan wisuda purna siswa bagi kelas 4 putra dan kelas 3 putri yang dilakukan dalam satu waktu secara bersamaan. Maklum jika tradisi wisuda berlanjut hingga kini. Dan yang lebih memberikan kesan adalah sistem ini terasa sejak para siswa berada di kelas 2 putra dan putri di kelas 1. Karena jika diurutkan ke bawah, wisuda yang serempak dilakukan bersama antara putra dan putri jika sudah berada di kelas 4 untuk putra dan kelas 3 untuk putri, mempunyai tata urut sebagaimana kelas 4 putra dengan 3 putri, 3 putra dengan 2 putri dan kelas 2 putra dengan 1 putri. Inilah yang mendasari berlakunya sistem berkelompok untuk menjalin kebersamaan yang digalang oleh satu kelas. Tidak hanya membentuk kelompok tetapi juga memberikan nama untuk kelompok tersebut yang sesuai dengan kesepakatan para anggotanya.
Di tahun 2010 ini, tercatat ada 7 nama kelompok yang entah mempunyai lambang atau makna yang berarti atau tidak bagi anggotanya. Yang pastinya mereka menyepakati nama untuk kelompok mereka dengan memperhitungkan aspek sejarah dan latar belakang mereka mencetuskan satu nama untuk kelompok mereka. Para anggota kelompok tidak hanya memberikan nama tanpa memperhitungkan arti atau filosofi terbentuknya nama bagi kelompok mereka, tetapi lebih berarti bagi mereka nama kelompok yang memuat makna dan satu pesan khusus di balik simbol kelompok mereka. Dari 7 nama tersebut, 4 nama diantaranya untuk putra dan 3 lainnya untuk putri. Tercatat di tahun ini pula nama – nama kelompok tersebut ramai dalam pembicaraan santri Bahrul Ulum setiap harinya.
Memang kurang etis jika di pesantren masih berlaku sistem kerukunan hanya dalam lingkup satu kelas saja tanpa menghiraukan yang lainnya. Juga dirasa tidak adanya keharmonisan hubungan antar santri yang dapat memicu kerenggangan bahkan permusuhan. Apalagi jika saling bersaing yang dilandasi rasa iri dan saling menaruh dendam pribadi antar anggota yang satu dengan anggota yang satu dari kelompok lain yang diangkat ke permasalahan kelompok. yang berlaku di pesantren bukanlah sistem berkelompok seperti itu. Bukan juga sistem genk seperti yang berlaku di perkotaan. Sistem hidup bersatu dan guyup serta mencerminkan kerukunan, itulah yang berlaku di pesantren. Namun, di balik 7 kelompok yang ada di Madrasah Diniyah Mafatihul Huda ini terkesan saling guyup satu sama lain. Mereka saling menguatkan dan bergaul seperti normalnya pergaulan santri yang berlaku di pesantren. Itulah mengapa kami menyantumkan artikel ini ke dalam liputan khusus seputar Madrasah Diniyah Mafatihul Huda. Selain dari artikel ini, kami sertakan pula foto dari masing – masing kelompok lengkap dengan nama kelompoknya. Nah, sedikit mengajak para pembaca untuk meluapkan kenangan saat di Madrasah Diniyah, kami masukkan liputan khusus ini dengan gaya bahasa resmi yang diimbangi dengan penampilan liputan yang terkesan memberikan entertain (hiburan) bagi pembaca.
Terbukti sudah beberapa kesan dan kenangan saat berada di Madrasah Diniyah Mafatihul Huda untuk tahun 2010. harapan kedepan semoga lebih mampu memberikan perkembangan dan kesan yang lebih hidup dibanding tahun 2010. Manakala di tahun yang akan datang kenangan kembali tersirat, bukan main indahnya Bahrul Ulum yang semakin mampu berkiprah di puncaknya.
